Selain objek wisata, satwa khas daerah terkadang menjadi salah satu daya tarik untuk orang mau berwisata ke sana. Contoh, Derawan dengan Black Manta-nya, Tanjung Puting dengan putingnyaputing Orang Utannya, Nusa Penida dengan Mola-Molanya, dan Lovina dengan cewek-ceweknya yang cantik. Eh, lumba-lumbanya, deng. Maap maap..
Nah, Dari sejak awal tahun 2000-an, orang-orang udah bosen sama Bali yang itu-itu aja, maka dari itu Lovina sebagai salah satu tempat yang kurang terjamah waktu itu, mulai muncul dan naik ke permukaan. Banyak hal yang dijual dari tempat ini, tapi salah satu yang paling terkenal adalah lumba-lumbanya.
Bukan.. bukan daging lumba-lumbanya dijual dalam arti kata harfiah, yah. Bego aja lu makan lumba-lumba masak balado. Tapi “atraksi” alami dari lumba-lumba itu lah yang menarik banyak wisatawan dan ingin berkunjung ke Lovina.
Langit masih gelap waktu itu, dan jam tangan gue yang baru beli di Jepang menunjukan pukul 5 pagi. Cieee jam tangan Jepang.
Gue udah bersiap-siap duduk di pinggir pantai private Hotel di Lovina nungguin speed boat ngejemput. Subuh-subuh adalah waktu yang cocok buat mulai “berburu” lumba-lumba, karena itu adalah waktu mereka keluar mencari makan dan keluar ke permukaan laut.
Pukul 6 pagi, abang-abang yang punya speed boat akhirnya dateng dan langsung pick up kita ke boatnya. Harusnya, si abang udah dateng dari pukul 5.30 pagi, tapi mungkin karena di laut macet, dia baru dateng 30 menit setelahnya. Dan pas kita udah naik ke boat aja si Abang bukannya mulai nyalain mesin, malah masih anteng mainin hapenya. Buset, dah, Bang!
Dari pantai ke tempat lumba-lumba itu sebenernya gak jauh-jauh amat, cuma 10 menitan, lah. Tapi karena waktu itu udah agak pagian, udah banyak juga kapal-kapal lain yang diem di tengah laut buat nungguin lumba-lumba muncul.
“KECPRAK..”
“Di kanan mas, di kanan..” tiba-tiba si Abang yang tadinya main hape langsung teriak-teriak histeris.
“Itu lumba-lumbanya, Mas! Udah dateng” otomatis semua penumpang yang ada di kapal itu langsung nengok ke kanan.
Dan emang bener, awalnya gue ngira paling lumba-lumbanya itu cuma 2-3 ekor doang, tapi ternyata di Lovina ini lumba-lumbanya banyak banget. Mungkin ada sekitar 10 ekor lumba-lumba yang gue liat waktu itu berenang berkelompok.
Dan bukan cuma kapal kita doang, kapal lain yang di deket gue juga pada teriak-teriak dan langsung motret si lumba-lumba yang loncat-loncatan ke atas. Mesin boat mulai digeber kembali buat ngejar si lmba-lumba, semua penumpang excited. Dan ternyata bukan kapal gue doang yang langsung geber, kapal lain juga gak kalah ngebut buat ngejar si lumba-lumba. Makin siang makin banyak kapal yang dateng, dan makin crowded juga laut waktu itu. Jadi, lu bayangin, setiap ada lumba-lumba yang muncul ke permukaan, semua kapal langsung geber ke arah lumba-lumba itu. Dan lama kelamaan bukannya asyik liatin lumba-lumba, gue malah sedih ngeliat lumba-lumba itu keganggu buat nyari makannya.
10 menit dari liat lumba-lumba pertama dateng, gue bilang ke si abangnya buat langsung ke spot snorkeling aja, karena gue kesian sama lumba-lumba yang terus dikejar-kejar kayak maling sama puluhan kapal. Lu bayangin aja, pas lu lagi makan banyak orang yang malah ngejar lu dan liatin lu, kan kagak enak yah. Akhirnya setelah kesepakatan bersama, kita ninggalin lumba-lumbanya dan langsung menuju ke spot snorkeling.
Perairan Lovina juga gak kalah cantik sama lumba-lumbanya, terumbu karang warna warni dan ikan yang super banyak bakal manjain lu di Lovina. Ditambah, air laut yang anget bikin gue lupa waktu main air di Lovina.
Jadi, saran gue buat kalian yang main ke Bali, sesekali kalian kudu cobain main ke Lovina, jaraknya emang agak jauh dari bandara, tapi banyak hal yang bisa lu dapet di sini. Salah satunya adalah bertemu si lumba-lumba, tapi inget, jangan kelamaan gangguin mereka, atau lu bisa liat mereka dari jauh aja. Jangan ampe si lumba-lumba itu bete terus-terusan dikejar puluhan boat, terus si lumba-lumba itu pundung dan akhirnya pindah rumah ke tempat lain. Okay!?