|
Sebelum ke Shizuoka, gue kayang dulu di Tokyo subuh-subuh |
Mungkin gak banyak yang pernah berkunjung ke sebuah desa cantik bernama Makigaya di Jepang. Terletak tidak jauh dari Shizuoka, dengan menggunakan bus dari stasiun Shizuoka, hanya sekitar 20 menit lu bisa mencapai desa ini.
Gue sendiri waktu ke Jepang gak sengaja ngunjungin desa ini. Karena gue gak punya rencana apapun setelah nyampe Jepang, jadi gue datengin aja kota-kota yang tulisan Jepangnya keren. Nah, pas ke Shizuoka aja gue gak tau mau ke mana. Yang gue tau, katanya Shizuoka itu kota yang lebih nyantai dibanding Osaka ataupun Tokyo. Yaudah, akhirnya gue cobain ke sana. Dan ternyata emang bener, saking santainya ini kota, gue gak ngeliat tuh ada orang-orang kantoran berjas yang seliweran kayak di kota lainnya. Malah kebanyakan gue liat manula-manula aja sambil gandeng cucunya. Dan saking nyantainya ini kota, gue pikir Bob Marley berasal dari Shizuoka. Yomaaaan! |
Tuh, udah pada nenek-nenek.. |
|
Artis Indonesia yang punya mall di Jepang? Pevita Parche |
Begitu keluar dari stasiun Shizuoka, gue celingak celinguk. Gak tau mau ke mana. Sampai akhirnya gue liat di papan keberangkatan bus, ada satu nama daerah yang namanya unik, Makigaya. Yah, emang sifat ketertarikan gue dangkal sekali. Dari nama doang gue udah bisa langsung pengin ke sana. Entah apa yang ada di otak gue saat itu.
Nunggu bus lumayan lama, akhirnya gue cabut ke sana. Oh iya, inget, kalo naik bus di Jepang, usahakan lu punya receh agak banyak, soalnya kalo lu bayar ongkos bus pake pecahan besar, si sopir bus gak akan ngembaliin uang lu. Ribet soalnya. Jadi, usahakan bawa recehan.
10 menit perjalanan, gue masih liat bangunan-bangunan gedung khas perkotaan, 10 menit berikutnya, gue memasuki daerah pedesaan. Bangunan kota berganti jadi rumah-rumah sederhana kayak di film Doraemon. Gue udah mulai liat banyak perkebunan-perkebunan, bahkan ternyata di Jepang juga ada sawahnya (yaiya, lah!). Gue berasa lagi ada di Jawa Timur!
|
ini kebun teh hijau, kalo anak hipster bilangnya green tea! |
Nah, karena gue gak ngerti mau ke mana, gue minta pak supir buat berhentiin gue di daerah yang namanya Makigaya. Gue kira, gue bakal diberhentiin di stasiun bus gitu dan banyak orang yang bisa gue tanya. Ternyata, gue diberhentikan di pinggir jalan, kiri kanan gue cuma ada sawah dan ladang. Sepanjang mata memandang aja gue cuma liat jalanan lurus kosong. Nah, mampus gue pikir!Daripada nunggu orang dateng, gue secara sotoy jalan-jalan aja masuk ke perkomplekan gitu, sapa tau kan gue papasan sama Miyabi atau Satria Baja Hitam. Siapa tau.
Jalan cukup jauh dan udah hampir masuk hutan-hutan, gue nemu banyak bule di satu rumah. Rumahnya lebih kuno dibanding sebelah-sebelahnya. Rumahnya berbentuk panggung pendek mirip-mirip rumah di Sumba. Cuma bedanya di Jepang mereka gak ternak babi di bawah rumahnya. Di sampingnya ada perkebunan sayur dan buah. Dibilang berantakan, ya berantakan sih. Banyak barang-barang yang gak kepake di depan rumahnya. Selama gue di Jepang, mungkin rumah ini yang paling berantakan. Setelah gue selidiki, ternyata ini adalah sebuah guesthouse! Woh, lucky me! Setelah beberapa hari sebelumnya gue banyak jalan kaki di Osaka, Kyoto, Kobe dan Tokyo, sampai kaki gue bengkak parah, ditambah selama di Jepang gue gak pernah tidur di penginapan (kebanyakan pinggir jalan – Urban camping) akhirnya gue memutuskan untuk stay di guesthouse ini aja. Gue pengin istirahat sambil nunggu kaki gue kempes! Backpackers Furyu namanya. Sebuah rumah dengan design jaman dulu, namun suasananya nyaman banget. Tepat berada di bawah kaki bukit, gue bisa merasakan udara yang jauh lebih bersih dan sejuk dibandingkan dengan kota-kota besar yang sebelumnya gue kunjungi. Begitu masuk, gue disapa oleh orang Jepang (yaiya, lah!)
“assalamualaikum, you have a room?” Tanya gue. Terus mikir kalo gue bukan lagi di Arab.
"ehem, excuse me, you have a room?" Buru-buru gue benerin.
Pria Jepang yang tingginya sepundak gue ini langsung ngecek sebuah buku. Gue perkirakan itu adalah buku tamu. Bukan buku nikah. Lagian buat apa coba dia ngecek buku nikah ketika gue tanya ada kamar kosong apa nggak? Eh, tapi bisa aja dia ngecek buku nikah, sih. Siapa tau dia tertarik sama gue, dan memastikan apa dia udah nikah apa belum, kalo belum, mungkin dia tertarik untuk ngasih gue kamar… dan tidur bareng dia.
“Ah, I’m sorry, full…” Jawab si Pria Jepang itu.
Mendengar jawabannya, gue seneng-seneng sedih. Seneng karena yang dia cek memang buku tamu, dan dia gak ngajak gue tidur bareng. Sedih karena gue gak dapet kamar dan gak bisa segera istirahat, padahal bengkak di kaki gue makin nyut-nyutan dan bikin susah jalan.
Di sini lah gue mengeluarkan jurus backpacker level expert.
Memasang muka memelas..
“Oh, please sir, I cant walk again. My foot so hurt.” Gue meringis sambil nunjukin kaki gue yang bengkak. Dan memang beneran sakit.
Si Jepang ngeliatin kaki gue, dia kaget dan teriak ngeliat kaki gue emang udah kayak kena penyakit kaki gajah. Anyway, kenapa sih orang Jepang apa-apa kudu teriak?
Setelah si Jepang teriak, tamu-tamu hotel lain pada ngehampirin kita. Mereka pada liatin kaki gue yang emang bengkaknya gak wajar. Sekarang gue kayak topeng monyet yang lagi dikerumunin.
“Hemm.. ok.. ok.. you can stay here until your foot okay. You can sleep in our kitchen.” Dia bilang.
“Hah? Pardon?” Gue masih gak percaya apa yang gue denger. Tidur di kitchen? Tidur di dapur maksudnya?
“Yes, kitchen. Ah, but its okay, we have sofa in kitchen.”Dia menambahkan.
“….” Ya tetep aja kan di dapur. Di sini harga diri gue merasa diinjak-injak, setelah Jepang menjajah kita selama bertahun-tahun. Sekarang mereka menjajah gue dengan menyuruh gue tidur di dapur! Mau dikemanakan harga diri bangsa Indonesia, hah????
“I give you cheap price. Just 1000 Yen.” Dia bilang. (1000 Yen sekitar Rp. 100.000,- Harga yang sangat murah dibandingkan kalo gue ngambil kamar yang 3000 Yen. Bahkan rata-rata kamar di Jepang di atas 5000 Yen.)
“Hah? 1000 Yen? Ok, I take it 2 days.” Gue langsung ambil 2 hari 2 malam. Bodo amat sama harga diri bangsa. Muahahahahahahahaha!
|
KAMAR GUEEEEEEEEH!! |
Setelah mandi dan istirahat sebentar, gue diajak sama orang Jepang itu yang akhirnya gue tau namanya Takeshi, untuk membeli koyo biar bengkak di kaki gue sembuh. Dan ternyata Takeshi baik dan seru banget! Di postingan selanjutnya, gue bakal cerita ngapain aja di Makigaya. Makigaya, gak bikin backpacker mati gaya!
|
Kaki gue yang udah rada mendingan |
|
Whatever happened, have fun your life! |
Dan hari itu, gue akhiri malam dengan bernyanyi bersama tamu lain di ruang tengah. Backpacker guesthouse, tempat yang sangat hangat setelah beberapa hari sebelumnya temen malam gue cuma dinginnya tembok pertokokan dan kerasnya lantai tempat gue tidur. Hiks!---------------------------------------------------------------- W --------------------------------------------------------------Mau tau kelanjutan ceritanya?Mau tau ada cerita apa antara gue dan si mobil Jepang yang umurnya lebih tua dari gue ini?Kenapa gue bisa ada di dalam mobil ini?Apa gue diculik?Apa gue disodomi? Kalo komen postingan ini udah ampe 50 biji, baru gue terusin ceritanya!
Hahahahahahaha~