“Gue gak pernah bercanda soal kopi.”
Ben berulang kali mengucapkan kalimat itu di dalam film Filosofi Kopi. Film yang diadaptasi dari novel seorang penulis cerdas, Dewi Lestari, atau lebih dikenal dengan nama penanya, Dee.
Apa yang special tentang film Filosofi Kopi, sehingga gue menuliskan review-an film ini di blog whateverbackpacker.com, blog yang gue khususkan untuk cerita-cerita perjalanan backpacking gue. Jawabannya simple, gue adalah penggemar tulisan-tulisan dari Mbak Dee. Gue adalah pecinta kopi. Dan gue adalah seorang pemilik sebuah kedai kopi di Bandung yang sangat berekspektasi besar terhadap Filosofi Kopi. Terhadap film Filosofi Kopi.
Dan Filosofi Kopi akan menjadi postingan tentang review film pertama, terakhir dan satu-satunya di whateverbackpacker.com. Jadi, selamat menikmati tulisan gue tentang Filosofi Kopi.
Sejak pertama kali membaca bukunya, Filosofi Kopi menjadi salah satu “kisah” yang udah gue tunggu-tunggu untuk menjadi sebuah karya visual berbentuk film. Nah, di postingan kali ini, gue akan memberikan penilaian pribadi gue tentang film Filosofi Kopi. Karena ada beberapa sudut yang akan gue ceritakan, Review-an tentang Filosofi Kopi akan gue bagi menjadi 3 sudut pandang:
Gue sebagai pembaca dan penulis.
Gue sebagai pecinta kopi.
Dan gue sebagai pemilik kedai kopi.
So, here we go..
Sebagai pembaca dan penulis..
3 tahun lalu, saat gue belum menjadi pecinta kopi, untuk pertama kalinya gue baca buku berjudul Filosofi Kopi. Gue kira, satu buku itu full bercerita tentang Filosofi Kopi. Ternyata gue salah. Dalam buku itu, ada beberapa cerita pendek lain juga dari Dee Lestari,tapi entah kenapa, gue hanya bisa menikmati tulisan yang berjudul Filosofi Kopi saja.
Dan mungkin sama dengan pembaca lainnya, setelah selesai membaca habis Filosofi Kopi, gue mengharapkan buku itu segera menjadi film. Gue ngebayangin, film Filosofi Kopi itu bakalan epic abis! Tapi gue gak terlalu berekspektasi besar. Malah cenderung pesimis. Soalnya, yang udah-udah, di Indonesia, kalo buku dijadiin film, ya hasilnya…. Ya begitu. Tau sendiri, lah.
Dan tibalah hari itu, beberapa menit tadi, gue baru aja nonton Filosofi Kopi. Gue “membawa” ekspektasi yang rendah ke dalam bioskop. Jaga-jaga, biar gak terlalu kecewa dan sakit hati kalo ternyata filmnya gak sebagus apa yang gue bayangkan.
Ternyata, film berdurasi kurang lebih 2 jam ini beda jauh dari bukunya. Beda jauh. Mulai dari karakter-karakternya, plot ceritanya, dan lain-lain.
Beda jauh!
Beda jauh!
Tapi..
Beda jauh in the good way!
Yes, Mas Angga Dwimas Sasongko sebagai Director & Executive Producer telah berhasi membawa Filosofi Kopi ketingkat yang lebih tinggi. Gue, sebagai pembaca dan penonton Filosofi Kopi berhasil dibawa untuk tidak selalu berpikir dan membandingkan film dengan bukunya (karena biasanya kalo nonton film yang diadaptasi dari buku, gue selalu membandingkan buku dan filmnya.) Tapi nggak dengan Filosofi Kopi.
Like a fresh brewing coffee, film Filosofi Kopi begitu bisa gue nikmati. Seakan-akan gue melupakan cerita asli di bukunya, dan menikmati sebuah karya yang seperti baru. Penambahan karakter, plot cerita yang berkembang, tidak merusak cerita dari Filosofi Kopi. Malah sebaliknya, membuat Filosofi Kopi menjadi lebih fresh dan sangat wajib ditonton!
Kalo Ben bilang dia gak pernah bercanda tentang kopi. Mas Angga Dwimas dan tim mungkin gak pernah bercanda tentang film. *kasih 2 jempol!*
Sebagai pecinta kopi..
Untuk para pecinta kopi, Filosofi Kopi bukan hanya sebuah buku. Bukan hanya sebuah tulisan. Bukan hanya sebuah cerpen. Bukan hanya sebuah film. Tapi Filosofi Kopi menjadi sebuah harapan. Yah, harapan. At leastitu yang gue dan teman-teman gue sebagai pecinta kopi rasakan. Kalo lagi ngopi, kita selalu membicarakan tentang betapa akan serunya film Filosofi Kopi.
Gimana nggak, Filosofi Kopi menjadi film Indonesia pertama yang mengangkat kisah tentang kopi. Jadi wajar, film ini kami tunggu-tunggu sejak lama dan menjadi pengharapan besar untuk kami. Film yang gue sendiri harapkan dapat menjadikan banyak orang jatuh cinta terhadap kopi. Film yang dapat mengedukasi penontonnya untuk menikmati kopi yang “benar-benar kopi”. Film yang dapat memberikan efek positif terhadap kopi di Indonesia. Karena kita sendiri tau, Indonesia adalah salah satu Negara penghasil kopi terbesar di Dunia. Dan sudah sepatutnya kita, sebagai orang Indonesia, menjadikan kopi sebagai budaya. “Ngopi yang beneran kopi” sebagai budaya.
Gue seneng, di film Filosofi Kopi gue menemukan banyak istilah-istilah tentang kopi, khusunya manual brew. Gue seneng, di film Filosofi Kopi gue menemukan banyak metode dan alat-alat kopi yang untuk sebagian besar orang Indonesia mungkin asing, seperti Siphon, V60, Plunger, Aeropress, dan masih banyak lagi. Gue seneng, di film Filosofi kopi mereka menyebutkan beberapa varietas kopi-kopi terbaik yang Indonesia punya seperti Malabar, Gayo, Papua, dan masih banyak lagi.
Sebagai pecinta kopi, gue sangat seneng. Gue optimis, film ini dapat menjadikan budaya kopi di Indonesia menjadi ngopi yang beneran kopi. Seperti film 5cm yang bikin banyak orang jadi pengin naik gunung. Gue pengin orang tau,
kopi itu seperti sebuah perjalanan, kita akan menemukan sesuatu yang baru setiap kali kita bisa menikmatinya.
So guys, setelah menonton film ini, gue harap kalian gak update status “Lagi Ngopi” di sosmed, tapi minum minuman yang kebanyakan es, susu, sama syrupnya dibandingkan rasa asli kopinya. Hehehe.
And last, pendapat gue sebagai pemilik kedai kopi.
|
Kamu gak mau nemenin aku ngopi? Hiks :( |
As you know, gue memiliki kedai kopi manual brew di Bandung bernama Whatever Coffee Lab. You can check our twitter (@WhateverCoffee) or our instagram (WhateverCoffeeLab). Tepatnya di Jalan Hasanudin 28 Bandung, tepat di depan Bank BNI Universitas Padjajaran Dipatiukur.
Sebagai bentuk apresiasi gue terhadap film Filosofi Kopi, gue akan memberikan promo khusus untuk kalian yang sudah menonton film Filosofi Kopi.
Cukup dengan membawa potongan tiket bioskop Filosofi Kopi, kalian bisa mendapatkan 1 cangkir kopi GRATIS setelah membeli 1 cangkir kopi.
Buy one get one free!
Jadi, apa yang lebih menyenangkan daripada ngopi sambil chit chat tentang kopi dengan para pecinta kopi di Whatever Coffee Lab?
|
Yah, walaupun gak seganteng Ben, 2 barista Whatever Coffee Lab ini boleh lah di adu :p |
Kita tunggu :)